Rss Digg Twitter Delicious Facebook Stumbleupon

Selasa, 14 Juni 2011

Mastitis

Pendahuluan

Mastitis adalah peradangan payudara, yang dapat disertai atau tidak disertai infeksi. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis laktasional atau mastitis puerperalis. Mastitis infeksi dapat terjadi ketika bakteri memasuki payudara sementara menyusui. Puting susu dapat menjadi retak atau sakit akibat menyusui. Hal ini dapat terjadi bila posisi bayi pada saat menyusui tidak sesuai. Mastitis dapat mempengaruhi satu atau kedua payudara. Kadang-kadang keadaan ini dapat menjadi fatal bila tidak diberi tindakan yang adekuat. Abses payudara, pengumpulan nanah lokal di dalam payudara, merupakan komplikasi berat dari mastitis. Keadaan ini menyebabkan beban penyakit yang berat dan memerlukan biaya yang sangat besar. Penelitian terbaru menyatakan bahwa mastitis dapat meningkatkan resiko penularan HIV melalui menyusui
Semakin disadari bahwa pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat teknik menyusui yang buruk merupakan penyebab yang penting. Perawat dan konsultan menyusui yang praktek di klinik mungkin menjadi orang pertama yang berbicara dengan ibu mengenai gejala-gejala yang menunjukkan indikasi awal mastitis. Nasihat yang diberikan pada awal pertemuan dapat mencegah suatu kondisi yang berkembang menjadi abses, terutama jika si ibu berpikir salah bahwa ia harus berhenti menyusui atau ia sudah melakukannya. Mastitis biasanya merupakan infeksi, jinak, sembuh sendiri, dengan beberapa konsekuensi untuk menyusui bayi

Epidemiologi

a. Insiden
Penelitian di seluruh dunia dalam 10 tahun terakhir menunjukkan kejadian mastitis laktasi berkisar 4-27% wanita menyusui tergantung pada metode, terutama subjek seleksi, yang digunakan dalam studi ini Mastitis terjadi pada semua populasi, dengan atau tanpa kebiasaan menyusui. Insiden yang dilaporkan bervariasi dari sedikit sampai 33% wanita menyusui, tetapi biasanya di bawah 10%.

b. Mula Timbul
Mastitis laktasi dapat berkembang pada minggu-minggu awal pasca melahirkan setelah ibu meninggalkan rumah sakit. Mastitis paling sering terjadi pada minggu kedua dan ketiga pasca kelahiran, dengan sebagian besar laporan menunjukkan bahwa 74% sampai 95% kasus terjadi dalam 12 minggu pertama. Namun, sekitar sepertiga dari kasus-kasus ibu menyusui jangka panjang terjadi setelah bayi berusia 6 bulan

Etiologi

Dua penyebab utama mastitis adalah stasis AS1 dan infeksi. Stasis ASI biasanya merupakan penyebab primer, yang dapat disertai atau berkembang menuju infeksi. Gunther pada tahun 1958 menyimpulkan dari pengamatan klinis bahwa mastitis diakibatkan oleh stagnasi ASI di dalam payudara, dan bahwa pengeluaran ASI yang efisien dapat mencegah keadaan tersebut. Ia menyatakan bahwa infeksi, bila terjadi, bukan primer, tetapi diakibatkan oleh stagnasi ASI sebagai media pertumbuhan bakteri. Thomsen dan kawan-kawan pada tahun 1984 menghasilkan bukti tambahan tentang pentingnya stasis ASI. Mereka menghitung leukosit dan bakteri dalam ASI dari payudara dengan tanda klinis mastitis dan mengajukan klasifikasi berikut ini :
  • stasis ASI
  • inflamasi noninfeksiosa (atau mastitis noninfeksiosa)
  • mastitis infeksiosa.
Pada studi acak, mereka menemukan bahwa stasis ASI (1eukosit <106 dan bakteri <103) membaik hanya dengan terus menyusui. Mastitis noninfeksiosa (leukosit >106 dan bakteri <103) membutuhkan tindakan pemerasan ASI setelah menyusui, tanpa diobati, gejala inflamasi berlangsung 7 hari, 50% berkembang menjadi mastitis lanjutan, dan hanya 21% kembali ke laktasi normal. Bila payudara sering dikosongkan oleh laktasi lanjutan, gejala berlangsung 3 hari, dan 96% kembali ke laktasi normal. Mastitis infeksiosa (leukosit >106 dan bakteri >103) hanya dapat diobati dengan efektif dengan pemerasan ASI dan antibiotik sistemik. Keterlambatan terapi menyebabkan pembentukan abses pada 11% kasus, dan hanya 15% kembali ke laktasi normal. Sering mengosongkan payudara yang terinfeksi dengan perawatan lanjut mengurangi resiko pembentukan abses, namun hanya 51% kembali ke laktasi normal. Terapi antibiotik tambahan meningkatkan kembali laktasi normal pada 97% dengan resolusi gejala dalam 21 hari. Tanpa pengeluaran ASI yang efektif, mastitis noninfeksiosa sering berkembang menjadi mastitis infeksiosa, dan mastitis infeksiosa menjadi pembentukan abses. Berikut ini keterangan mengenai 2 penyebab utama mastitis :

a. Stasis ASI

Stasis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara. Hal ini dapat terjadi bila payudara terbendung segera setelah melahirkan atau saat bayi tidak mengisap ASI, yang dihasilkan oleh sebagian atau seluruh payudara. Penyebabnya termasuk pengisapan bayi yang buruk pada payudara, pengisapan yang tidak efektif, pembatasan frekuensi atau durasi menyusui dan sumbatan pada saluran ASI. Situasi lain yang mempengaruhi predisposisi terhadap stasis ASI, termasuk suplai ASI yang sangat berlebihan, atau menyusui untuk kembar dua atau lebih. Berikut faktor-faktor penyebab stasis asi :

1. Bendungan payudara

Kondisi ini tidak terjadi bila bayi disusui segera setelah lahir, sehingga stasis ASI terhindarkan. Pentingnya pengeluaran ASI yang segera pada tahap awal mastitis, atau kongesti, untuk mencegah perkembangan penyakit dan pernbentukan abses. Isapan bayi adalah sarana pengeluaran ASI yang efektif.

2. Frekuensi menyusui

Tahun 1952, Illingworth dan Stone secara formal menunjukkan dalam uji coba dengan kontro1, bahwa insiden stasis asi dapat dikurangi hingga setengahnya bila bayi disusui tanpa batas. Hubungan antara pembatasan frekuensi dan durasi menyusui dan mastitis telah diuraikan oleh beberapa penulis. Banyak wanita menderita mastitis bila mereka tidak menyusui atau bila bayi mereka, tidak seperti biasanya, tertidur semalaman dan waktu antar menyusui semakin lama.

3. Pengisapan pada payudara

Pengisapan yang buruk sebagai penyebab pengeluaran ASI yang tidak efisien, saat ini dianggap sebagai faktor predisposisi utama mastitis. Nyeri puting dan puting pecah-pecah sering ditemukan bersama dengan mastitis. Penyebab nyeri dan trauma puting yang tersering adalah pengisapan yang buruk pada payudara, kedua kondisi ini dapat terjadi bersama-sama. Selain itu, nyeri puting akan menyebabkan ibu menghindar untuk menyusui pada payudara yang sakit dan karena itu mencetuskan stasis ASI dan bendungan.

4. Sisi yang disukai dan pengisapan yang efisien

Banyak ibu merasa lebih mudah untuk menyusui bayinya pada satu sisi payudara dibandingkan dengan payudara yang lain. Selain itu telah dinyatakan bahwa pengisapan yang tidak tepat, yang menyebabkan stasis ASI dan mastitis, lebih mungkin terjadi pada sisi payudara yang lebih sulit untuk menyusui.

5. Faktor mekanis lain

  • Frenulum yang pendek (tounge tie) pada bayi mengganggu pengisapan pada payudara dan menyebabkan puting luka dan pecah-pecah. Hal ini juga mengurangi efisiensi pengeluaran ASI dan predisposisi untuk mastitis.
  • Penggunaan dot atau botol dan puting karet berkaitan dengan puting luka saat pulang dari rumah sakit. Penggunaan dot juga berkaitan dengan pengisapan yang tidak tepat pada payudara, bendungan, dan pengurangan frekuensi dan durasi rnenyusui. Lagipula, dot rnengganggu pengeluaran ASI dan merupakan predisposisi untuk stasis ASI.
  • Pakaian yang ketat dan posisi tidur telungkup dapat merupakan penyebab.

1 komentar:

Pengobatan Herbal Abses Payudara mengatakan...

Terimakasih banyak untuk artikelnya, sangat mebantu sekali..

Posting Komentar